Situasi kios (tenant) yang terlihat sepi pengunjung di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/9/2025). ANTARA/Syaiful Hakim.
Jakarta (ANTARA) – Sejumlah penyewa kios (tenant) di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, mulai merasakan dampak pemindahan sejumlah maskapai penerbangan di bandara itu ke Bandara Soekarno-Hatta sehingga omzetnya menurun drastis.
Bahkan, ada beberapa penyewa kios yang terpaksa gulung tikar karena tidak sanggup membayar sewa tempat.
Salah satu karyawan kios di Bandara Halim, Chika (27) di Jakarta, Rabu, mengaku kiosnya sepi pengunjung sejak beberapa tahun terakhir.
Hal itu makin terasa dengan adanya pengurangan penerbangan sejumlah maskapai di Bandara Halim sehingga tidak ada penumpang pesawat yang datang ke kiosnya.
"Jadi, sejak 1 Agustus 2025 ada banyak pengurangan penerbangan maskapai di bandara ini sehingga kios kami jadi sepi pembeli. Sehari paling hanya sekitar enam pelanggan saja mampir makan dan minum," katanya.
Baca juga: AP II: Operasional penerbangan Bandara Halim naik usai revitalisasi
Di tengah sepinya pembeli akibat pengurangan penerbangan, ternyata harga sewa tempat tak juga diturunkan oleh pihak pengelola.
Mereka pun semakin kebingungan lantaran di saat tak ada pemasukan namun harus membayar penuh harga sewa tempat.
Akibat sepinya pembeli, omzetnya turun hingga 50 persen. Ini tidak sebanding dengan pengeluaran rata-rata untuk membayar sewa yang nilainya puluhan juta rupiah, belum membayar gaji pegawai.
"Satu hari pendapatan Rp400 ribu, 'tenant' lain ada yang hanya Rp43 ribu satu hari. Merugi iya, belum lagi untuk bayar sewa," katanya.
Penyewa kios, kata dia, sudah melakukan upaya dengan mengurangi sif kerja, dari biasanya empat orang menjadi dua orang. Namun hal itu tak juga membantu karena pemasukan selalu minus di setiap bulannya.
"Kios ini saja yang tadinya sembilan karyawan sekarang tinggal lima karyawan saja," katanya.
Baca juga: Maskapai tambah rute dan frekuensi penerbangan dari Bandara Halim
Pihaknya juga sudah berupaya untuk bersurat ke pengelola bandara untuk meminta pengurangan biaya sewa. Namun, mereka sama sekali enggan memberikan keringanan dan harus membayar biaya sewa secara penuh (full).
Jumlah kios di bandara tersebut mencapai puluhan. Akibat sepinya pembeli dan sewa yang mahal, sudah ada beberapa tempat usaha yang tutup.
Belum lagi penyewa kios harus membeli bahan baku makanan-minuman, operasional, listrik hingga gaji karyawan. Pemasukan tidak menutup untuk bayar sewa.
"Jadi kami mohon pengertiannya untuk pengelola 'tenant'. Kami ingin ada keringanan penurunan sewa, kalau terus situasi kondisi sepi seperti ini kios bisa gulung tikar," katanya.
Baca juga: Operasional pengalihan penerbangan dari Halim ke Soetta telah rampung
Dia berharap pihak pengelola bandara mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan biaya sewa dan melakukan transparansi manifest penerbangan lebih baik lagi.
"Dibilang ekonomi baik-baik saja kan tidak juga, imbasnya kios kami ini sedang kembang kempis," kata Chika.
Sementara itu, pegawai di kios lain, Yadi mengaku juga mengalami hal yang sama lantaran sepinya penumpang pesawat yang makan dan minum di kiosnya.
Namun, dia enggan menyebutkan berapa persen penurunan omzetnya akibat sepinya penumpang pesawat.
Pewarta: Syaiful HakimEditor: Sri Muryono Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.